Penggunaan Bambu secara tradisional
dan industri
Bambu adalah
material yang serbaguna. Setiap jenis pohon bambu memiliki ciri fisik dan
kandungan kimia yang cocok dengan tujuan akhirnya. Terdapat beberapa jenis
bambu, al :
- Memiliki kandungan selulosa tinggi
- Serabut yang panjang
- Rendah lignin
- Tumbuh dengan cepat dan menghasilkan biomas yang maksimal
- Ideal untuk pembuatan bubur kertas, seperti jenis bambu Bambusa Arundinacea, Dendrocalamus strictus, Bambusa vulgaris, Bambusa tulda, D hamiltonii, Dendrocalamus Longispatus, and Melocana baccifera. Spesies diatas sangat efektif untuk digunakan sebagai bahan mentah untuk industri Pulp & Paper.
Sejak 1700
tahun yang lalu bangsa China telah memulai pembuatan kertas dari bambu. Sampai
dengan hari ini bubur kertas merupakan produk utama bambu. Terdapat jutaan
bambu yang digunakan setiap tahunnya untuk tujuan yang khusus. Bambu juga
digunakan secara tradisional untuk pembuatan rumah sederhana dengan biaya
rendah, jembatan dan kerajinan tangan.
Dari sudut
pandang industri, bambu sangat mempesona karena merupakan material lunak tapi
sangat kuat untuk digunakan dalam aplikasi konstruksi modern. Kepadatan bambu
sebanding dengan kayu keras dan kekuatannya melebihi baja. Saat ini tengah
dikembangkan cara baru untuk mengolah serat bambu untuk pembuatan aplikasi
standar yang modern.
Bambu lapis
dan triplek dari bambu saat ini lebih sering digunakan untuk bahan pembuatan
perabot rumah tangga. Bambu parquet juga merupakan salah satu produk dengan
prospek yang sangat besar, selain itu partikelboard dan fiberboard dari bambu
juga sangat menarik.
Tunas muda
atau rebung bambu merupakan sumber makanan yang enak dan kaya serat. Permintaan
yang tinggi akan rebung segar di temukan pada masakan asia.
Pasar
Bambu
Pasar Bambu
sangat besar dan terus meningkat dengan cepat. Menyebarnya tingkat kesadaran akan
perlunya pelestarian lingkungan dan peraturan yang keras yang mengatur mengenai
eksploitasi sumber penghasil kayu menjadi dasar pengembangan pasar bambu.
Permintaan akan bambu lebih dari sebelumnya karena ini adalah sumber pengganti
kayu yang baik dan salah satu cara untuk menghemat hutan hujan. Eropa dan
Amerika mengimpor produk-produk bambu dari Asia, seperti tusuk gigi, tusuk
sate. Dan produk dengan nilai yang lebih seperti lantai bambu, kertas, tekstil,
perabot rumah tangga, barang-barang kerajinan tangan. Di industri makanan
rebung merupakan bisnis bernilai jutaan dolar, rebung di produksi untuk ekspor
di Cina, Thailand, Taiwan. Mereka menjualnya dalam keadaan masih segar ataupun
yang sudah di kemas di dalam kaleng dan kadang-kadang juga mengkombinasinya
dengan kuah ataupun pedas.
Penelitian
dan pengembangan
Pengembangan
industri bambu memerlukan persediaan material mentah secara berkelanjutan,
sehingga di butuhkan manajemen yang dapat menjamin ketersediaan bahan di masa
yang akan datang. Sampai sejauh ini sumber penghasil utama kebutuhan bahan
mentah bambu untuk industri masih di suplai dari hutan-hutan bambu alami. Di
banyak kasus, hutan bambu alami hanya mampu menghasilkan 2-6 ton perhektar
dengan jenis yang heterogen, dan ini hanya kira-kira 20 % dari yang dihasilkan
di perkebunan bambu.
Tidak adanya
manajemen bambu yang baik membuat proses pemanenan bambu di hutan dilakukan
dengan cara menebang habis seluruh tanaman, praktek ini sangat tidak ekologis
dan merupakan pemborosan karena banyak batang bambu yang semestinya belum dapat
di manfaatkan. Batang bambu yang masih muda mungkin hanya akan di manfaatkan
pada bagian pangkalnya saja seperti untuk kerajinan sedangkan sebagian lainnya
hanya akan berakhir menjadi kayu bakar atau bahkan hanya akan terbuang sia-sia.
Oleh karena itu manajemen sangat diperlukan untuk dapat menghindari pemborosan
yang tidak perlu dan mencegah kerusakan lingkungan.
Hutan bambu
alami yang memiliki jenis bambu yang bermacam-macam bagaimanapun juga memang
tidak mudah untuk diatur. Sedangkan manajemen bambu hanya dapat di capai dengan
jalan tebang pilih, akan tetapi cara ini memang tidak mudah untuk dilaksanakan
dan membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan cara tebang habis
seluruh tanaman. Di sini manjemen dianggap membutuhkan banyak biaya ekstra.
Namun faktor biaya tersebut sebenarnya sangat rendah jika dibandingkan dengan
efek kerusakan lingkungan yang di timbulkan dari kerusakan hutan hingga
hilangnya material yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan industri.
Karena
ketiadaan manajemen bambu yang baik, negara-negara seperti India, Bangladesh
membutuhkan jutaan hektar untuk penanaman bambu guna mencukupi permintaan
industri terutama untuk industri pulp & paper. Penyebab itu semua karena
tidak adanya manajemen penebangan serta tidak diikuti dengan reboisasi. Hal
yang sama juga terjadi di Cina karena eksploitasi yang besar-besaran. Bahkan
salah satu perusahan yang memproduksi produk dari bambu terpaksa berhenti
karena ketiadaan sumber bahan baku di dekatnya.
Solusi dari
masalah di atas ialah perlunya pengaturan perkebunan bambu, ada sebuah
keuntungan besar sebenarnya yaitu bambu dapat tumbuh dengan baik di banyak area
dengan iklim yang berbeda, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Perkebunan
Hasil dari
hutan bambu alami sebenarnya sangat rendah jika dibandingkan dengan perkebunan
bambu yang telah di atur dengan baik. Perkebunan yang telah di manajemen dapat
menghasilkan 5 kali lebih banyak daripada hutan bambu alami. Jika dipukul rata
setiap hektar hutan bambu alami hanya akan menghasilkan 4 ton pertahun untuk
setiap hektarnya. Sedangkan di perkebunan bambu hasil rata-rata setiap tahunnya
dapat mencapai 20 hingga 36 ton per hektar. Produksi bambu sebenarnya dapat di
tingkatkan jika pendekatan sistematis silvikultural diterapkan, tetapi hal ini
jarang di terapkan di daerah tropis dimana bambu dapat tumbuh subur dengan
mudah. Manajemen perkebunan bambu yang bagus dapat menjamin keberlangsungan
pasokan untuk produk sejenis yang spesifik. Dengan manajemen yang bagus kita
dapat memperoleh tanaman dengan karakteristik yang kita inginkan. Banyak
pilihan yang dalam menggunakan bambu tergantung dari keunikan yang ada pada
tangkainya. Langkah pertama yang penting dilakukan untuk mengatur perkebunan
adalah memilih spesies yang sesuai anatomi, kandungan kimia dan kekayaan
mekanis lainnya.
Bisnis
menumbuhkan bambu
Bambu adalah
kayu di masa yang akan datang. Peningkatan permintaan bahan mentah oleh
industri bambu adalah sebuah tanda jika uang dapat di hasilkan dari bisnis
pengembangbiakan bambu.
Biaya untuk
membuat perkebunan yang baru tergantung dari biaya tenaga kerja, persiapan
tanah, fertilizer, pengairan, dan tanaman. Biayanya hampir sama dengan membuat
perkebunan kayu. Akan tetapi ada perbedaan yang sangat besar pada periode
pengembalian modal, kayu membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkebunan
bambu. Investasi pada perkebunan bambu akan kembali hanya dalam waktu kurang
lebih 10 tahun. Dan karena alasan tersebutlah maka perkebunan bambu menghasilkan
keuntungan yang lebih cepat dari pada kayu. Perkebunan bambu akan menjadi
sangat menguntungkan setelah 5 tahun.
Untuk dapat dipanen setiap tahun hanya
perlu mempertimbangkan tingkat kekakuan batang yang telah dewasa saja. Selain
itu kita cukup menanam bambu sekali saja dan akan dapat di panen sampai dengan
50 tahun. Sedangkan kayu umumnya setelah di panen kita perlu menanam lagi dan
tentu membutuhkan biaya dan waktu yang lebih lama lagi. Selain dapat tumbuh
lebih cepat, bambu juga menyerap air lebih tinggi serta dapat mencegah erosi.
Maka dari itu selain lebih menguntungkan secara ekonomi, bambu juga lebih
menguntungkan dari segi ekologi. Keuntungan lain yang sangat penting adalah
selain memproduksi biomass yang sangat tinggi, bambu juga sangat efisien
sebagai penghasil pulp. Bambu mampu menghasilkan pulp 7 kali lebih banyak
dibandingkan dengan kayu untuk setiap hektarnya.
Selamat
berbisnis pohon bambu.